2 research outputs found

    Penyusunan Solusi Model Konseptual untuk Pembangunan Strategi Sistem Informasi pada Perusahaan Bisnis TI: Metode Systematic Mapping

    Get PDF
    Keberhasilan implementasi Teknologi Informasi (TI) pada sebuah perusahaan di era teknologi saat ini ditentukan oleh kematangan perencanaan stategi yang dibuat. Pengembangan best practice sebagai panduan banyak disusun oleh para peneliti. Akan tetapi, fleksibilitas adopsi best practice yang ditawarkan masih terlalu kompleks bagi perusahaan pada skala kecil-menengah seperti perusahaan bisnis TI. Berdasarkan pertimbangan berbagai keunikan yang dimiliki dan minimnya studi implementasi yang telah baku. Penelitian ini membangun model konseptual baru untuk menyusun strategi SI yang sesuai untuk menjawab berbagai isu dan permasalahan yang ada tanpa menghilangkan fleksibilitas implementasinya. Kajian lebih lanjut terkait pengembangan model penyusunan strategi SI akan dilakukan menggunakan konsep systematic mapping dengan tahap inisiasi pencarian, pengumpulan dan klasifikasi paper, analisa hasil dan diskusi yang melibatkan berbagai sudut pandang para peneliti dan praktisi di bidang manajemen strategi, dan perancangan model konseptual yang akan dibangun. Hasilnya adalah berupa gambar model konseptual baru yang memberikan gambaran dari tahap-tahap implementasi, mulai dari pendefinisian tujuan, klasifikasi domain, hingga penyusunan strategi TI. Kemudahan pemahaman dan implementasi hasil model konseptual ini lebih sesuai dengan skala perusahaan tanpa perlu melakukan banyak eliminiasi. AbstractThe successful implementation of Information Technology (IT) in a company in the todays technological era determined by the maturity of the strategic planning. The development of best practices as a guide has been prepared by many researcher. However, the flexibility of adopting the best practice offered is still too complicated for small and medium scale companies such as IT business companies. Based on various uniqueness considerations and the lack of standardized implementation studies. This study builds a new conceptual model for develop an appropriate IT strategy to answer various existing issues and problems without losing the flexibility of its implementation. Further studies related to the development of the SI strategy formulation model will be carried out using the concept of systematic mapping with the initiation stage of searching, collecting and classifying papers, analyzing the results and discussion involving various perspectives of researchers and practitioners in the field of strategy management, and designing conceptual models will be built. The outcome is a picture of a modern conceptual paradigm that offers a summary of the development process, the description of priorities, domain classification, and formulation of an IT strategy. Ease of understanding and implementing the results of this conceptual model is more in line with the scale of the company without needing to do much elimination

    Penyusunan Model Pengukuran Kinerja Smart Economy Pada Smart City di Indonesia

    No full text
    Permasalahan kota yang semakin rumit akibat pertumbuhan penduduk menimbulkan persoalan-persoalan baru seperti kriminalitas dan kualitas hidup masyarakat yang rendah. Pemerintah dituntut untuk mampu dan tanggap dalam mengatasi hal tersebut dengan menerapkan solusi-solusi yang telah ada. Salah satu solusi yang dinilai efektif d adalah smart city. Pemerintah Indonesia dalam hal ini telah melakukan inisiasi penerapan smart city melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan menerapkan gagasan “Gerakan Menuju 100 Smart City”. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyatakan bahwa ada 6 dimensi smart city, salah satunya adalah smart economy. Namun, hingga saat ini belum terdapat standar dalam melakukan pengukuran kinerja dari implementasi smart economy di Indonesia. Sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menyusun perangkat pengukuran kinerja smart economy. Perangkat pengukuran diperoleh dari pengumpulan dan pemetaan indikator dari berbagai sumber yaitu studi literatur, wawancara kepada ahli atau dinas terkait dan hasil focused group discussion (FGD). Setelah dibangun perangkat pengukuran, kemudian dilakukan beberapa pengujian yaitu content validity, face validity, uji internal validity menggunakan CFA dan uji reliability. Dari validasi yang dilakukan didapatkan total 58 indikator dengan rincian 25 indikator industry, 18 indikator welfare, dan 15 indikator transaction. Selanjutnya, dilakukan uji coba perangkat pengukuran evaluasi ke kota atau kabupaten yang menjadi peserta Program Gerakan Menuju 100 Smart City, dimana dalam penelitian ini kota yang menjadi uji coba adalah Kabupaten Jember. Perangkat pengukuran yang dikembangkan mengadopsi konsep CMM (capability maturity model) dan konsep SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik) untuk klasifikasi hasil penilaian. Hasil dari penelitian ini adalah perangkat pengukuran kinerja dan indikator-indikator smart economy yang sesuai dengan arahan Kementerian Komunikasi dan Informatika dan karakteristik kota atau kabupaten di Indonesia. Berdasarkan hasil uji coba perangkat pengukuran untuk penilaian masyarakat, Kabupaten Jember mendapatkan nilai 3,09 (kategori baik) untuk sub-dimensi industry, 3,07 (kategori baik) sub-dimensi welfare, dan 2,96 (kategori baik) sub- dimensi transaction. Sedangkan untuk penilaian dari dinas mendapatkan nilai 3,84 (kategori sangat baik) untuk sub-dimensi industry, 3,15 (kategori baik) sub-dimensi welfare, dan 3,54 (kategori sangat baik) sub-dimensi transaction. Dari temuan tersebut, perangkat pengukuran yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat diaplikasikan pada penerapan smart city di Indonesia dan diharapkan dapat menjadi acuan Pemerintah dalam melakukan pengukuran kualitas serta panduan dalam pembangunan smart economy pada kota atau kabupaten yang lain ============================================================================================================================== City problems become more complicated as populations rise, introducing new issues such as crime and a low quality of life in the city. The government must be capable and responsive in addressing this by putting into actual existing solutions. Smart city are regarded as one viable approach. By putting into practice, the concept of "Movement Towards 100 Smart Cities," the Indonesian government in this instance has started the implementation of smart cities through the Ministry of Communication and Information. One of the six characteristics of a smart city is the smart economy. However, there is yet to be a reliable benchmark for evaluating how well Indonesia has implemented the smart economy. Measurement tools were obtained from the collection and mapping of indicators from various sources like literature studies, interviews with experts and the results of focused group discussions (FGD). After the measurement tools was built, then several tests were carried out, namely content validity, face validity, internal validity tests using CFA (Confirmatory Factor Analysis) and reliability tests. From the validation carried out, it was obtained a total of 58 indicators with details of 25 industry indicators, 18 welfare indicators, and 15 transaction indicators. Furthermore, a trial of evaluation measurement tools was carried out to cities or districts that were participants in the Movement Towards 100 Smart City Program. In this study the city that tested was Jember Regency. The measuring instrument developed adopts the concept of CMM (capability maturity model) and the concept of SPBE (Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik) for the classification of assessment results. The study's findings include performance measurement instruments and smart economy indicators that follow the Ministry of Communication and Information's directives and take into account the features of Indonesian cities or districts. Based on the results of the trial of measurement methods for community evaluation, Jember Regency obtained ratings of 3.09 (good category) for the industry sub-dimension, 3.07 (good category) for welfare sub-dimension, and 2.96 (good category) for transaction sub-dimension. According to the service's evaluation, the industry sub-dimension scored 3.84 (very good category), the welfare sub-dimension 3.15 (good category), and the transaction sub-dimension 3.54. (very good category). As a result of these conclusions, the assessment tools clted for this study can be used to establish smart cities in Indonesia and are expected to serve as a guide for the government in evaluating quality and directing the development of a smart economy in other cities or regencie
    corecore